Semalam Di Jerussalem
Bismillah,
Semburat mata hari belum begitu kuat memancarkan cahayanya tatkala kami bergerak meninggalkan hotel ke perbatasan Yordania-Palestina.
Dingin yang begitu menusuk hingga ke tulang, tak kami perdulikan demi perjalan ritual yang sejak dahulu selalu di impikan, yaitu perjalan menuju Baitul Maqdis, Masjidl Aqsa yang penuh berkah.
Negeri yang disucikan tiga agama samawi, Islam Yahudi dan Nasharani. Negeri yang menjadi pintu gerbang penghubung bumi dengan langit dalam peristiwa dahsyat Isra dan mi’raj nya Nabi-Sallallahubalaihi wa salam-, negeri tempat berkumpulnya semua Nabi dan Rasul ketika bermakmum di belakang Pemimpin seluruh manusia-Muhammad bin Abdillah.
Negeri yang paling dikultuskan kaum Nashrani di seluruh bumi,karena mereka meyakini, disitulah Yesus Disalib, wafat dan dibangkitkan.
Di negerri itulah pulalah Kaum Yahudi meyakini adanya tempat tersuci di muka bumi, “tembok ratapan” yang bersebelahan dengan dinding Masjidil Aqso.
Tempat Terendah Di Bumi
Bus kami terus melaju membelah dingin yang mencapai 6 hingga 8 derajat celsius. Sepanjang jalan kami melihat kebun dan ladang pohon zaitun yang tersusun rapi diantara lembah dan lereng-lereng gunung yang kami lewati. Zaitun di negeri Syam memanglah zaitun yang kwalitasnya nomer satu di dunia, senanda dengan apa yang termuat di dalam Alquran dalam bentuk sumpahnya “Demi buah tin dan buah Zaitun”.
Tak terasa bus kami telah tiba dipersinggahan untuk menitipkan barang-barang besar semacam koper dan lainnya agar tidak merepotkan pemeriksaan kelak di imigrasi palestina yang ada di bawah otoritas Israel.
Tempat persinggahan itu berada pada titik – 418 meter di bawah permukaan laut. Subhanallah sungguh menakjubkan, bayangkan bagaimana anda berada hampir setengah kilometer di bawah permukaan laut Mediterania?Allahu Akbar.
Memang di antara Yordania, Israel dan Palestina ada tempat terendah di bumi bernama “Laut Mati” yang posisinya sekitar -500 meterdi bawah permukaan laut. Disebut “Laut Mati”karena memang tidak ada makhluk laut yang mampu hidup di sana kecuali plangton-plangton belaka , karena kadar garamnya yang begitu tinggi hinga 33 persen dari kadar garam air laut biasa yang hanya 3 persen belaka. Karena itulah apapun yang dilemparkan di sana kan mengapung ke permukaan.
Menurut penduduk di sana , lumpur laut mati sangat berkhasiat bagi perawatan dan peremajaan kulit bagi kaum wanita, tak heran jika CLEOPATRA simbol wanita tercantik di negeri Mesir megerahkan orang-orang untuk membawakan lumpur tersebut ke negerinya sebagai bahan kosmetiknya.
Sebgian kitab-kitab tafsir ada pula yang mengatakan bahwa “Laut Mati” inilah bekas Negeri Sodom, negerinya kaum Nabi Luth-Alaihis Salam- yang dia angkat ke langit oleh Jibril kemudian dibantingkan ke bumi dalam posisi terbalik kemudian dihujani dengan batu-batu meteor dari langit sebagai balasan atas perbuatan homoseksual mereka yang terkutuk dan terlaknat sepanjang zaman. wallahu a’lam dengan kebenarannya yang masih perlu dipertanyakan.
Tiba Di Imigrasi
Memasuki negeri palestina, tidak semudah memasuki negeri-negeri lain yang pernah ku datangi. Pemeriksaan begitu ketat, hingga HP dan tas kecil semuanya harus di deteksi dengan alat penyadap untuk mengetahui apa isinya. Namun Alhamdulillah dengan taufiq Allah semata kami berhasil lolos dari keimigrasian dan bertolak menuju jantung kota Palestina.
Tak sabar rasanya hati ini untuk meilhat Masjidil Aqso, namun ternyata pemandu wisata kami langsung membawa kami untuk city tour, berjalan-jalan dan mengunjungi tempat bersejarah tiga agama.
Tidak Se Ideal Apa Yang Dibayangkan
Palestina adalah negeri yang penuh keberkahan, negerin Nabi san Rasul, negeri yang pernah menjadi kiblat pertama kaum Muslimin, negeri yang kita diperintahkan untuk mendatanginya meski harus menempuh segal kesulitan dan kepayahan safar.
Sayangnya negeri tersebut-sebagaimana yang kusaksikan, tidak se ideal apa yang kubayangkan sebelumnya. Banyak masjid-masjid yang didalamnya dibuat seolah ada pemakaman orang-orang suci semacam Nabi dan sahabat Nabi, yang menjadi penarik wisatawan dari manca negara.
Disebarkan info ke seluruh penjuru dunia ini, ada makam Nabi Musa, Nabi Yunus, Nabi Ibrahim, Ishak, Ya’qub, Yusuf,makamnya Salman Alfarisi dll agar menjadi destinasi turis manca negara.
Herannya pemandu menyatakan bahwa makam-makam tersebut tidak ada padanya jasad terkubur alias kosong, tapi dibuat seolah ada padanya kuburan yang dibuat kesan sakral, di tutup dengan pagar, kelambu bertuliskan ayat dan dalam ruangan tertutup. Ketika jamaah datang pintu maqam dibuka dan terlihatlah kuburan keramat yang tak berpenghuni.
Subhanallah…
Penipuan yang dilegalkan dan dikemas cantik dalam bentuk paket wisata. Inilah yang terjadi di negeri Sholahuddin Al-Ayyubi yang ku impikan dahulu. Terkotori dengan berbagai khurafat dan bid’ah.
Aku begitu khawatir orang-orang awam akan tertipu dengannya, sehingga menjadi sarana kultus hingga kesyirikan, karena ketika mendatangi tempat tersebut seolah mereka benar-benar di depan kubur para nabi dan para wali tersebut.
Ketika tiba waktu ashar, kami kerepotan mencari masjid yang tidak ada padanya maqam dan kuburan hingga terpaksa sholat zuhur dan ashar di atas bus karena waktu maghrib kan datang menjelang. Kami tak sempat hari itu mengunjungi masjidil Aqsa.
Kota Tua Baitul Maqdis
Dari hotel kami bergerak menuju Baitul Maqdis dengan bus. Setelah sampai di simpang jalan menuju Pintu Raja Herodos, kami berjalan kaki melewati gang-gang kecil yang dipenuhi dengan pasar rakyat.
Kota Tua Baitul Maqdis ini adalah kota yang begitu indah bagi penggemar sejarah dan para arkeolog, betapa tidak, setibanya di sana mata anda kan dimanjakan dengan bangunan tua berupa dinding-dinding tinggi menyerupai benteng-benteng peninggalan dari kejayaan kerajaan demi kerajaan masa silam.
Bahkan dalam” Musholla Qibli “bagian bawah masih dapat anda saksikan tiga tiang-tiang besar yang dikatakan masih original peninggalan kejayaan kerajaan Nabi Sulaiman bin Daud -alaihimas salam- berupa batu-batu besar yang ditumpukkan dan ditimpakan satu sama lainnya menjadi tiang, yang boleh jadi buah karya bangsa jin yang menjadi tentara dan pekerja Sulaiman.
Baitul Maqdis dibagi menjadi empat wilayah, satu wliayah didiami Arab Muslim, wilayah kedua didiami Arab Masehi Roma yang berkiblat ke vatikan, wilayah ketiga didiami warga nasharani ortodoks dan wilayah terakhir adalah pemukiman yahudi.
Bila anda masuk dari pintu Raja Herodos, maka jalan-jalan di kota tua tersebut dimulai dari pemukim Arab muslim, kemudian ada simpang jalan yang mengarah ke kampung kaum nashoro dan ada yang mengarah ke kampung Yahudi. Anda tak usah heran bila di awal perjalanan anda melihat berbagai toko-toko menjual berbagai busana muslim, perlengkapan ibadah mereka, tiba-tiba membelok ke jalan lain, semua telah berubah menjadi toko-toko yang menjual berbagai perlengkapan agama nashoro, ada patung-patung orang suci mereka, ada salib, dengan segala atribut lainnya. Setela melintas jalan kaum nashoro anda kan terperanjat pula menyaksikan ketika belok ke jalan lain, toko-toko yang anda saksikan menjual segala kebutuhan agama Yahudi.
Di jalan-jalan kaum Nashoro dan Yahudi, anda akan melihat lalu-lalang para pelancong lintas agama dari berbagai negeri dan dari beragam etnis, dengan beragam corak pakaian dan atribut.
Hal yang disayangkan, adalah sebagian identitas kaum muslimin Arab Palestina hampir-hampir lebur ditengah keberagaman kaum Yahudi dan Nashoro, sulit kau bedakan antara mereka karena budaya, cara berpakaian, pola hidup yang hampir-hampir sama zahirnya.
Tatkala azan dikumandangkan segala aktifitas tetap berjalan sebagaimana biasa seolah tak ada seruan Azan menggiring mereka menuju kemenangan mengikuti seruan panggilan dari Rabbul Alamin.
Palestinaku Yang Malang
Negeri Palestina sejak pendudukan Isarel dibagi Otoritas Yahudi menjadi dua wilayah, Tepian Timur dikuasai Yahudi secara utuh dan di dalamnya ada Baitul Maqdis, dan Tepian Barat diperuntukkan bagi Arab Muslim Palestina.
Malang bagi pemukim yang berada di Barat dan beberapa wilayah lainnya seperti Jericho, Ramallah, Hebron mereka tidak diperkenankan masuk ke Alquds-Baitul Maqdis- selamanya.
Lebih merana lagi mereka tidak punya kewarga negaraan dan dianggap kaum Yahudi sebagai pengungsi belaka, padahal merekalah pemilik tanah sebelum pendudukan.
Mereka memang diberikan otonomi daerah oleh Yahudi namun, hanya sekedar otonomi yang berkaitan admistrasi mengurusi surat-surat warga sipil, ahwal syakhsyiyyah seperti pernikahan,perceraian, kematian dll. Adapun hak untuk membentuk tentara militer, polisi, sebagai bentuk pertahanan negara yang wajib ada pada setiap negara merdeka, tidak ada pada mereka.
Lebih menyakitkan lagi , bila mereka hendak pergi ke luar negeri, tidak ada yang namanya pasport warga Palestina, karena negara mereka tidak diakui di dunia international, mereka terpaksa pinjam kewarganegaaran Yordania dengan membayar sejumlah pajak.
Jika Yahudi hidup dengan segala rumah-rumah susun nan mewah, villa-villa nan megah, sebaliknya mereka hidup di bawah garis kemiskinan di gubuk-gubuk reot dan kumuh. Ada enam juta warga yang hidup layaknya pengungsi karena tidak memiliki kewarganegaaran yang jelas.
Daerah Alquds adalah dibawah wilayah otoritas yahudi, kaum muslimin yang hidup di sana memang bebas untuk masuk ke masjidil Aqsa karena mereka hidup di sekitar Aqso, mereka memang lebih beruntung sedikit dalam hal ini dari saudara-saudara mereka yang diluar Alquds, mereka dapat KTP pemberian yahudi, namun tetap tidak punya hak sebagai warga negara Yahudi.
Sekolah-sekolah mereka dimasukkan berbagai kurikulum Yahudi, seperti bahasa dan budaya yahudi. Tak heran jika mereka seluruhnya lancar berbahasa ibrani, membaca dan menulis dengan abjad mereka, ironisnya, kita meilhat loyalitas beragama yang kita istilahkan dengan wala dan baro’ begitu lemah, lebur dalam budaya Yahudi dan Nashroni. Wallahul mustaan.
Bukan Karena Musuh Kuat
Segala musibah yang menimpa kaum muslimin, hakikatnya murni dari dosa-dosa mereka. Keberhasilan kaum Salibis menghancurkan kaum muslimin di negeri yang berkah ini disebabkan kelemahan para penguasa muslim dan rakyatnya dalam gelimang maksiat dan dosa syahwat.
Tatkala Sholahuddin dari Dinasti bani Ayyubi – penguasa Mesir – kokoh akidahnya, demikian juga masyarakat dan rakyatnya hidup dalam agama, kembali Baitul Maqdis dikuasai kaum muslimin tanpa pertumpahan darah dari penduduk sipil.
Kini tatkala kaum muslimin di seantero dunia melemah agamanya, dan jauh dari sunnah Nabinya, maka lepaslah dari kita Baitul Maqdis yang ditaklukkan Umar bin Khattab dengan damai tanpa pertumpahan darah ribuan tahun yang Silam.
Musuh Islam itu tidak kuat, namun kita -kaum muslimin-yang lemah memegang agama Allah dengan baik dan benar.
Baitul Maqdis takkan pernah kembali ke pangkuan kaum muslimin, dengan sekedar semangat yang menggelegar dan orasi yang berapi-api dalam lautan demonstrasi maupun bom-bom bunuh diri, ia akan kembali kepangkuan kita manakala kaum muslimin kembali berpegang teguh dengan agamanya.
Perbatasan Yerussalem – Yordania
14 Jumadal Akhir 1441 / 9 Feb 2020
Ditulis oleh ;
Abu Fairuz My